Emosi

Oleh Anggie D. Widowati (Psikolog)


Emosi, apa itu emosi? 
Marah?
Naik darah?

Bukan itu semata.

Selama ini orang menganggap emosi itu adalah tindakan reaktif yang berupa kemarahan. Misalnya suatu hari ada seseorang yang ditangkap karena ketahuan mencuri di mall. Seorang pria yang merasa barangnya hilang berusaha agar maling itu mengaku. Dia pun dengan nada tinggi berkata pada tertuduh: "Dasar maling kau, ngaku atau saya gebukin!"

Lalu orang lain yang berada di sekitar itu berkata kepada laki-laki yang marah-marah itu: "Sudah, sudah, jangan emosi."

Memang benar pada saat barangnya hilang, akan terjadi perubahan perasaan pada seseorang. Perubahan perasaan itu disebut emosi. Namun emosi tidak hanya berupa kemarahan. Semua perubahan atau fluktuasi perasaan disebut emosi, seperti kesedihan, kegembiraan, kebanggaan, terharu, dan sebagainya. 


Emosi kadang enggak bisa dibendung. Tetapi sebenarnya emosi bisa dikendalikan. 

Emosi bisa terluap secara spontanitas seperti: ketawa terbahak-bahak saat melihat aksi lawakan di televisi, jingkrak-jingkrak ketika mendengar pengumuman kelulusan, teriak-teriak histeris ketika menemukan mayat di jalan, marah-marah saar anaknya mencemplungkan hapenya ke bak mandi, menangis terharu saat mendapatkan hadiah uang jutaan dari kuis di televisi dsb. Semua reaksi itu disebut emosi.

Emosi tak perlu ditahan. Luapkan saja, tetapi tetap terkontrol. Marah, menangis, ketawa itu manusiawi. Yang penting tidak mengganggu lingkungan. Seperti misalnya teriak-teriak di jalan karena berantem dengan pasangan, ini selain mengganggu juga memicu orang untuk ingin tahu duduk masalahnya. 

Emosi memang berubah-rubah, itu normal terjadi pada seseorang. Misalnya saat pagi ada teman datang dan membawa sarapan, hati penerima sarapan itu pasti sangat senang. Sayangnya pada siang hari terjadi kecelakaan yang menimpa kerabatnya. Reaksinya bukan seperti reaksi sebelumnya, tetapi reaksinya adalah bersedih. Apalagi ketika sampai malam, kecelakaan itu tidak juga ditangani oleh dokter, makan emosinya berubah menjadi prihatin. Begitu seterusnya.

Setiap orang memiliki kadar yang berbeda dalam mengelola emosi. Ada yang pemarah, tapi pemaaf, ada yang ramah dan mudah tersenyun, ada yang gampang menangis bila tersinggung. Emosi yang yang semacam ini sifatnya masih normal. Justru yang enggak punya emosi itu yang berbahaya. Kalau kata kerennya berdarah dingin. Enggak bisa merasa. Bahkan tidak punya rasa kasihan.

Karena itu, kelolalah emosi dengan cara yang sehat dan terukur.
Menangislah.
Tertawalah.
Bersedihlah. 
Bahagialah.
Kecewalah.
Terharulah.
Jangan ditahan.

Emosi menyempurnakan manusia, dengan menghidupkan kekurangan-kekuragan diatas.

140118

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Di Toilet

Penerapan Psikologi Sosial Dalam Politik

15 Ciri-ciri Anak Cerdas Istimewa dan Berbakat