Guruku Seorang Difable

Oleh: Hasan Aoni Aziz 

Banyak di antara orang-orang yang tak lengkap secara fisik ternyata lebih mandiri dari kita yang secara tubuh utuh. Saya memiliki beberapa teman difable. Mereka bahkan menunjukkan prestasi melampaui orang-orang yang secara fisik sempurna. Capaian mereka membuat penggunaan kata disable (tak lengkap fisik) tidak lagi memadai dan harus segera berganti "difable" atau orang yang memiliki perbedaan kemampuan. 

Setiap saya bertemu mereka, saya selalu dibuat malu mengingat apa yang tidak banyak saya lakukan selama ini. Ada pengusaha kaca yang saya ingin bertemu langsung, karena anak buahnya tidak memahami kemauan saya membuat profil kaca jendela. Ia datang malam dengan tongkat keseimbangannya dan naik tangga rumah kami setinggi dua meter. Ia merasa bisa melakukan sendiri dan tak mau dibantu. Sejak malam itu kami bersahabat. Dari pengusaha ini saya belajar kemandirian.

Ada juga kawan yang saat ini dipercaya menjadi direktur sebuah perusahaan milik konglomerat Indonesia. Ia menggunakan tangan palsu dan selalu menyetir sendiri bahkan sebelum mobil matic ditemukan. Ia tidak hanya menjadi ketua asosiasi para pengusaha, juga menggerakkan tangannya yang tak lengkap itu untuk mengembangkan hobinya berkesenian. Dengan dia saya belajar percaya diri. 

Setelah belajar bertani, saya beruntung dipertemukan dengan pedagang beras masih lajang berusia 30an tahun. Saya pernah menulis tentang dia di FB ini. Setiap minggu pemuda ini berkeliling mengunjungi para penyandang difabilitas dan mengajak mereka bekerja dengan modal yang dia sokong. Begitu setiap minggu dia lakukan sambil mengantar berpuluh ton beras ke grosir di empat kabupaten. Ia lahir utuh, tetapi suatu hari truk di belakang kendaraan roda tiga berisi penuh beras yang ia kendarai menyeruduk dan patah satu kakinya. Ia menyandang difable sejak itu. Dari dia saya belajar rendah hati. 

Banyak pelajaran di sekeliling kita. Bukan saja dari mereka yang utuh fisiknya, tetapi dari orang yang bahkan sejak lahir atau dalam perjalanan hidupnya mengalami ketidakberuntungan. 

Selamat hari difabel 3 Desember ini, sahabat-sahabatku. Mungkin Tuhan sedang menjadikan kalian guru supaya kami semua bisa belajar.


Salam dongeng!
Omah Dongeng Marwah


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Di Toilet

Penerapan Psikologi Sosial Dalam Politik

15 Ciri-ciri Anak Cerdas Istimewa dan Berbakat