Ruth Bader Ginsburg A Titan Of Justice (1933-2020)

TOKOH 

Saya tidak pernah bertemu Ruth Bader Ginsburg, tapi pagi ini saya merasakan kesedihan yang hanya dialami seseorang ketika seseorang yang mereka tidak kenal meninggal.

Ruth Bader Ginsburg adalah icon feminist dan Hakim Agung Amerika Serikat. Postur tubuhnya yang mungil, terlihat rapuh dan lembut, namun ia memiliki tekad yang kuat. Dia adalah kekuatan yang tak terhentikan yang telah mengubah wajah hukum Amerika Serikat. Ginsburg juga dielu-elukan sebagai pejuang hak perempuan, dan warisan hukumnya bahkan lebih luas lagi.

Ginsburg ingin menghapus perbedaan fungsional antara pria dan wanita dalam masyarakat. Dia ingin menjelaskan bahwa tidak boleh ada hal-hal yang dibedakan seperti pekerjaan wanita dan pekerjaan pria.

Dalam salah satu kasus penting yang membuat karier Ginsburg melejit di awal tahun 1970an, ia berdebat di depan Mahkamah Agung sebagai pengacara muda dari ACLU (American Civil Liberties Union), sebuah organisasi non profit yang membantu masyarakat mendapat hak bantuan hukum. Klien nya malah seringkali banyak laki-laki.

Kliennya saat itu adalah seorang pria dari New Jersey, yang istrinya meninggal saat proses melahirkan. Dia ingin mengurangi jam kerjanya untuk merawat putranya, tetapi menemukan jika ternyata hanya janda, bukan duda yang memenuhi syarat untuk mendapatkan bantuan sosial dari pemerintah.

Ginsburg kemudian pergi ke pengadilan atas namanya dan berdebat bahwa hukum yang membedakan peran antara ibu dan ayah memiliki asumsi steoreotype tentang apa yang dilakukan perempuan dan apa yang dilakukan laki-laki dalam keluarga dan tidak konstitusional.
“law of this quality help to keep women not on a pedestal, but in a cage”

Ginsburg memenangi kasus itu, dan itulah kemudian yang menjadi ciri khas atas kasus kasus yang ditanganinya, dan menjadi sangat penting dalam perjalanannya menuju pengadilan yang menetapkan yurisprudensi tentang kesetaraan hak antar gender.

Apa yang sebenarnya menginspirasi Ginsburg untuk mengambil proyek yang begitu berani dan ambisisu ini?, terutama ketika tidak ada tanda tanda dari sesuatu yang radikal terjadi di masa lalunya.

Ginsburg dibesarkan di Brooklyn dalam keluarga kelas menengah ke bawah dan ketika dia di sekolah menengah, dia adalah seorang cheerleader, seorang pemandu sorak. Dia memainkan peran wanita yang sangat tradisional di sekolahnya.

Ibu Ginsburg sendiri adalah seorang bintang di kelasnya dan kemudian terpaksa berhenti sekolah demi menyekolahkan saudara laki lakinya, dan ia kemudian memiliki ambisi besar untuk putrinya.

Sehari sebelum Ginsburg lulus SMA, ibunya meninggal karena kanker. Kehilangan yang menghancurkan itu, kata Ruth bertahun-tahun kemudian, adalah tekad yang ditanamkan dalam dirinya untuk menjalani kehidupan yang hanya bisa diimpikan ibunya.

Ia mengatakan ini tentang ibunya dalam pidato sambutannya ketika ia pertama kali dinominasikan oleh Presiden Clinton sebagai Hakim Konstitusi pada tahun 1993
“I pray that i may be all that she would have been had she lived in an age when women could aspire and achieve, and daughters are cherised as much as sons.”
“Saya berdoa agar saya menjadi semua yang dia inginkan seandainya dia hidup di zaman ketika wanita dapat bercita-cita dan berprestasi, dan anak perempuan dihargai seperti halnya anak laki laki”

Perubahan penting lainnya dalam perjalanan hidup Ginsburg terjadi selama masa ia kuliah. Berbekal beasiswa ke Cornell University, dia bertemu dengan mahasiswa tingkat dua lainnya yang menjadi cinta dalam hidupnya, Martin Ginsburg.

“Dia adalah laki-laki pertama yang pernah saya temui yang peduli bahwa saya memiliki otak”
Kata Ginsburgh yang pernah saya baca dalam salah satu bukunya yang berjudul Conversations with RBG: Ruth Bader Ginsburg on Life, Love, Liberty, and Law yang rilis tahun 2019 kemarin.

Pernikahan Ginsburg dan Martin bukanlah pernikahan khas tahun 1950-an, tetapi lebih ke bentuk kemitraan yang setara. Setahun setelah Martin memasuki sekolah Hukum Harvard, Ginsburg menyusul, dan ia menjadi satu diantara hanya sembilan perempuan yang diterima saat itu di kelas yang terdiri dari 550 siswa, dan dengan bayi yang baru lahir.

Selama sekolah hukum mereka di Harvard, Martin kemudian menderita sakit kanker, dan Ginsburg membantunya dalam mengumpulkan catatan dan materi kuliah, sehingga memungkinkan Martin untuk lulus tepat waktu. Dan pada saat yang sama juga sambil membesarkan bayi mereka, dan menjadi mahasiswa hukum itu sendiri.

Martin kemudian lulus dan hubungan mereka memerankan peran penting untuk karier Ginsburg berpuluh tahun mendatang dan pemahamannya tentang masyarakat. Pemahaman ini kemudian berubah menjadi misi. Setelah lulus dari Harvard, Ginsburg mengambil studi hukum di Swedia di mana feminisme sedang meningkat pesat saat itu. Wanita Swedia tidak harus memilih antara karier dan keluarga, dan mereka menginspirasi Ginsburg.

Ketika kembali ke AS, dia meluncurkan apa yang kemudian menjadi proyek ambisiusnya sebagai seorang Profesor hukum dan hak perempuan di ACLU. Dia mengambil kasus kasus berbeda, yang inovatif yang dipandangnya bisa membangun perlindungan konstitusional terhadap diskriminasi gender.

Saat itu, ada banyak spekulasi tentang mengapa seorang pengacara yang membela hak hak perempuan, semasa kariernya mewakili begitu banyak laki-laki. Orang-orang melihat kembali hal itu dan berpikir dia sedang mencoba berbicara manis di pengadilan, sterotype akan wanita itu sendiri dalam a big man’s world. Dan hal itu sama sekali tidak akurat.

Ginsburg memiliki banyak klien pria karena mereka membuat klaim yang secara tradisional, lebih sering merupakan klaim wanita. Dan dia ingin menghilangkan anggapan yang telah terbentuk sebelumnya tentang membesarkan keluarga dan menafkahi mereka serta bekerja di bidang ekonomi, setiap orang harus memiliki pijakan dan hak yang sama.

Perjuangan hukum Ginsburg dengan cepat memberikan perubahan besar dalam hukum dan kehidupan sehari-hari masyarakat Amerika saat itu, tetapi kenaikan jabatan Ginsburg sendiri ke bangku hakim negara membutuhkan waktu puluhan tahun dan banyak lobi lobi oleh suaminya, yang juga merupakan seorang pengacara pajak dan keuangan yang terkenal. Setelah tersingkir 3 kali pencalonan, presiden Carter akhirnya menjadikan Ginsburg menjadi hakim federal pada tahun 1980.

Pendapat pendapat hukum Ginsburg selama ini telah membantu memperkuat perlindungan konstitusional yang dia perjuangkan dengan keras dari beberapa dekade sebelumnya dan ketabahan dan semangatnya telah membantu dirinya untuk tetap berjuang menghadapi melalui kanker usus besar dan kanker pankreas yang dideritanya sejak 2009 serta kematian suaminya di tahun 2010.

Namun di tahun-tahun terakhirnya sebagai Hakim Kontitusi, saat pengadilan dan hukum bergeser ke arah yang lebih ekstrim (right wing), Ginsburg menjadi semakin berani dalam menyuarakan perbedaan pendapatnya. Sebagai hakim konstitusi, dia tidak dalam posisi yang bisa mengontrol hasil dari suatu peristiwa, tetapi dia sangat strategis dalam menggunakan kesempatan yang ada.

Salah satu peristiwa yang membuatnya menjadi selebrity adalah pada tahun 2013. Dimana Ginsburg beserta ketiga hakim konstitusi lainnya mengeluarkan dissenting opinion ( pendapat berbeda), yang akhirnya membatalkan gugatan salah satu bagian penting dari dari kasus voting right acts : Shelby County v. Holder. Kasusnya sendiri sangat rumit, dan secara garis besar kasusnya sendiri mengenai pembatasan hak hak memilih para minoritas berkulit hitam dan etnis lainnya dalam berbagai pemilu di Amerika.

Seketika Ginsburg menjadi viral, mulai dari menjadi pahlawan di buku anak-anak, stiker di bemper mobil, Anak anak muda yang memakai kostum halloween sebagai dirinya hingga dibuatkannya film biografi Ginsburg, On The Basis Of Sex (2018).

Dalam salah satu wawancara eksklusifnya dengan NPR (National Public Radio) tahun 2019 lalu, Ginsburg pernah ditanyakan mengenai rencana pensiunnya sendiri. Di kala itu, ia sendiri sedang berjuang melalui banyak kemoterapi, operasi dan pengobatan untuk kedua kanker yang dideritanya. Dan Ginsburg menolak keras untuk pensiun.

Ginsburg bahkan bercerita tentang salah satu senator yang mengatakan jika Ginsburg akan meninggal dalam waktu enam bulan ketika ia menderita kanker pankreas, dan Ginsburg hanya tertawa masam dan mengatakan jika ia ternyata masih hidup hingga sekarang, dan malah senator itu sendiri yang meninggal terlebih dahulu.

Ketenaran Ginsburg semakin melambung ketika ia mengkritik pencalonan kandidat Donald Trump selama pemilu 2016. Ginsburg bahkan berkata, “Saya tidak bisa membayangkan seperti apa negara ini dengan Donald Trump sebagai presiden kita.”

Ginsburg kemudian memang meminta maaf atas ucapannya, tetapi bukannya mundur dan berdiam diri, dia malah menjadi semakin berani menyuarakan perbedaan pendapatnya.

Ginsburg kemudian menjadi simbol perlawanan para anak muda seantero negeri terhadap adminstrasi Trump sejak ia pertama menduduki White House.

Banyak orang yang mempertanyakan hal ini. Setelah semua terapi, operasi, sakit kanker, serangan serangan politik kepadanya apa yang membuatnya masih terus bertahan? Ginsburg dengan simpel mengatakan jika pekerjaannya sebagai hakim konstitusi belum selesai.

Hingga detik ketika ia menghembuskan nafas, Ginsburg masih tetap menjadi hakim konstitusi Amerika Serikat, jabatan yang ia duduki sejak tahun 1993.

Saya sangat menghormati Ginsburg dan dia telah mencapai banyak hal sebagai seorang wanita. Terpilih menjadi Hakim Agung adalah kehormatan tertinggi bagi semua orang yang berkarier di bidang hukum, dan dia mendapatkannya dengan kerja keras.

Ruth Bader Ginsburg telah membuka jalan dan menjadi inspirasi bagi banyak wanita muda dimanapun mereka berada.
She entered the big boys club and didn't back down on her stance.

Thank you for your historic service ma'am

Sumber sumber referensi :
https://www.youtube.com/watch?v=MHwoosXsybQ
https://www.youtube.com/watch?v=28dHbIR_NB4
https://en.wikipedia.org/wiki/Shelby_County_v._Holder#Opinion_of_the_Supreme_Court
https://www.npr.org/2019/07/24/744633713/justice-ginsburg-i-am-very-much-alive
https://en.wikipedia.org/wiki/Ruth_Bader_Ginsburg
http://www.history.com/news/ruth-bader-ginsburg-death
https://time.com/ruth-bader-ginsburg-supreme-court/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Di Toilet

Penerapan Psikologi Sosial Dalam Politik

15 Ciri-ciri Anak Cerdas Istimewa dan Berbakat