Elegi Seorang Ojol

By: Vito Prasetyo 

_untuk Affan Kurniawan_

Di persimpangan mimpi dan peluru,
seorang lelaki berjaket hijau
menerobos waktu, membawa pesan
dari satu perut kosong ke lainnya 

Langit sore itu terbelah seperti luka,
awan-awan terurai menjadi pita kuning 
dan lonceng, penanda senyum bahagia berhenti
untuk menyaksikan dunia
yang menolak berbelas kasih 

Ia bukan pahlawan, bukan musuh—
hanya kurir senyap dari kehidupan kecil
yang dibungkus dalam plastik bening 

Tapi di bawah lampu lalu lintas yang berdarah pekat, 
sebuah bayangan berseragam
menerjang arah angin,
dan angin itu menjatuhkan tubuhnya
seperti daun gugur yang dituduh memberontak 

Kota menutup matanya 
aspal menahan napasnya 
mesin yang tak sempat dimatikan
menangis dalam dengungnya sendiri 

Dari helm yang terpental,
keluar doa-doa yang belum selesai,
menggelepar seperti burung kecil
yang patah sayapnya oleh hukum
yang tidak tahu bagaimana membedakan
antara ancaman dan pengantar harapan 

Dan ketika gema keadilan meraung,
bukan pertolongan yang datang,
melainkan genta dari kekuasaan
yang tidak pernah belajar mengeja
apa itu manusia 

Malam itu,
bintang-bintang memilih jatuh ke tanah
untuk menemaninya tidur,
sementara kamera-kamera
hanya berkedip—tanpa rasa cinta 

Ia mati bukan karena takdir,
tapi karena negara yang lupa
cara berbicara tanpa senjata 

Malang, 29 Agustus 2025

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Di Toilet

Penerapan Psikologi Sosial Dalam Politik

15 Ciri-ciri Anak Cerdas Istimewa dan Berbakat