Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2020

Kebun Belakang Rumah | Novelet

Gambar
Oleh: Anggie D. Widowati (1) Mimpi-mimpi tak seindah kenyataan. Dan penghancur mimpi itu kadangkala sesuatu yang tak pernah diduga sebelumnya. Itu pula yang dialami Bagas Waras. Belum juga setahun dia selesaikan kuliahnya di institut seni jurusan perfilman. Belum juga dua bulan bekerja sebagai cameramen di sebuah rumah produksi, dia sudah dirumahkan. Bukan hanya dirinya, hampir semua kru tidak bekerja lagi karena produksi sinetron untuk sementara dihentikan dengan alasan pandemi covid19. Dia menyukai pekerjaan itu, meskipun hanya pekerja rendahan, Bagas merasa punya banyak kesempatan untuk belajar. Dan produksi sinetron adalah paling bisa diharapkan di Indonesia ini. Namun semua kandas. Tidak ada harapan dan kepastian kapan bisa mulai bekerja lagi. Sekarang hanya duduk di rumah kos tidak melakukan apa-apa. Mencoba mencari peruntungan dengan menghubungi beberapa teman, tetapi tidak berhasil. Hampir semua mengalami hal serupa, kehilangan pekerjaan. "Yana kasi...

Revolusi Komunikasi

Oleh: Suyadnya (Balipos) Jika sebelumnya jurnalis adalah pemegang otoritas atas komunikasi dgn berita-berita yang dibuat,  sekarang semua bisa membuat berita,  semua bisa jadi jurnalis, maka para jurnalis jangan pernah merasa benar sendiri,  siap-siaplah diktitik,  dibuly atau dipidanakan jika para jurnalis tidak profesional. Jika tak mengindahkan nilai-nilai,  etika,  dan aturan perundang-undangan.  Jika sebelumnya koran,  majalah,  tabloid, jurnal, buku, radio,  televisi menjadi media mainstrem,  media yang dipercaya, bukan mustahil kepercayaan itu akan pudar jika kontennya tidak dipercaya lagi.  Jika salah melulu. Jika tak berubah baik.  Sebab, sekarang   semua punya media,  sekarang semua punya ruang dan waktu sama di ranah publik. Pemilik atau pun pengelola media, tak lagi memiliki otoritas utk menguasai komunikasi, kecuali memang profesional.  Kata orang pintar,  kata para pakar dan pemerhati komunikasi,  situasi yang terjadi sekarang adalah  REVOLUSI KOMUNIKASI,  bukan EVOLUSI l...