Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2020

Wanita Yang Ternoda 18+ | Cerpen

Oleh : Ju Ya Sudah dua tahun kutinggalkan kampung ini, namun, tidak ada yang berubah. Air sungai kecil disamping rumah warga tempat buang hajat dan mandi masih mengeluarkan suara gemercik. Daun tebu dibibir sungai masih berkeserak ditiup angin. Bau bakaran daun kering khas pedesaan masih tercium meski samar. Pesona alam yang hijau Bukit Rimbang Baling masih menjadi pemandangan menggoda untuk di kunjungi wisatawan dengan gelar paru–paru dunia. Mushalla yang dulu gagah masih berdiri meski catnya telah memudar dan lusuh. Gubuk tua milik orang kaya di kampungku pun masih tetap ada. Namun, hatiku masih terluka. Amarah masih meraja, kesumat melumat hingga waktu yang tak tahu kapan menjeda. Kejadian yang paling kubenci, masih terekam dengan sempurna dalam kepala dan kembali hadir seperti layar tancap menayangkan satu persatu kejadian. "Dewi, bisa tolong ambilkan air ke sungai. Ada anggota dewan berkunjung ke desa kita, kebetulan rumah kita jadi tujuan dewan itu. Dalam rangka sosialisa...

Praha dan Kenangan | Cerpen

Oleh Za'idatul Uyun Akhirnya aku datang ke sini, Praha. Bukan untuk mengenangmu, hanya untuk mampir dan memotret beberapa tempat yang sering kau sebutkan dulu. Jangan ke-geer-an dan menganggapku sedang rindu kamu. Ternyata begini rasanya berdiri di tepi Jembatan Charles. Menikmati hiruk pikuk ratusan turis yang berlalu lalang. Di sebelahku ada seorang anak perempuan memakai hoodie berwarna biru, persis seperti yang Kau kenakan saat kita pertama bertemu. Bodohnya aku, tentu saja ada ribuan hoodie berwarna biru di muka bumi. 𝘋𝘢𝘮𝘯! Haruskah aku mengingatmu setiap melihat hoodie seperti itu?. Kau lihat di ujung sana? sepasang kekasih biasanya akan mengunci gembok cinta mereka di sebuah pagar. Tapi aku tidak akan melakukan itu. Selain karena aku tak punya kekasih, aku tidak percaya dengan hal seperti itu. Kenapa juga manusia mengabadikan cintanya dengan memasang gembok? Padahal cinta lebih abadi dari seonggok besi yang bisa berkarat karena korosi. Praha memang indah, Praha! Aku inga...