Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2019

Gadis Berambut Punk (12-Tamat)

Oleh: Hanifatul Hijriyati Menjelang Ujian Kenaikan kelas, aku menekankan kembali pada Elisa bahwa aku akan tetap mengejar kedua orang tuanya. Raportnya akan ku tahan selama orang tuanya tidak mengambil. Dalam durasi waktu tertentu orang tua tidak mengambil maka akan dianggap ia keluar dari sekolah. “Ya Bu. Ibu saya sudah berjanji akan ke sini. Dia nanti dipastikan bisa datang ke sekolah Bu,” ujarnya. Aku masih belum bisa memegang ucapannya namun janjinya tetap kuanggap sebagai hutang yang kelak tetap akan kutagih. “Beneran Bu. Saya janji bahwa ibu saya pasti ke sini,” tekannya setelah kuperlihatkan wajah kurang percayaku padanya. “Ok. Saya tunggu” Selepas Ujian kenaikan kelas, pengarsipan nilai maka mulai penetapan rapat dewan guru untuk menentukan jumlah siswa yang naik ataupun tidak dinaikan jika ada. Mengenai Elisa, aku dan Bu Hastuti sepakat menyerahkannya ke dewan guru. Perdebatan mengenai seorang siswa bisa naik atau tidak karena masalah perilaku bisa menghabiskan setenga...

Gadis Berambut Punk (11)

Oleh: Hanifatul Hijriyati Hatiku masih berharap secercah harapan agar Elisa bisa bertahan, namun pikiranku menganggap itu hal yang bisa jadi mustahil. Aku tak bisa menghubungi ibunya dan nomor telepon yang kudapat benar-benar tidak terhubung.  Besoknya Elisa masuk sekolah. Binar matanya semakin memudar, rambutnya masih diikat ke bagian belakang namun semangat itu kulihat semakin meluntur. Aku langsung menghadangnya dengan berbagai pertanyaan. Aku berharap tidak memberikannya sedikit pun celah untuk mencari-cari alasan ataupun  membuat pembelaan. “Iya Bu saya kost. Dan Saya memang butuh uang” “Buat apa? Saya sudah ketemu sama simbahmu jadi sekarang siapa yang bikin masalah?,” timpalku. “Simbah saya itu kebanyakan aturan Bu. Saya nggak bisa bebas” “Jadi kamu mau bebas? Lalu kenapa kamu sekolah?” “Karena saya ingin pintar Bu” “Tapi di sekolah kamu diajarkan untuk patuh pada aturan” Ia terdiam. Kubiarkan pikirannya menjelajah untuk mencari-cari alasan yang tepat. Aku su...

Gadis Berambut Punk (10)

Oleh: Hanifatul Hijriyati  Selesai libur Ujian Nasional bagi kelas XII, kelas X dan XI kembali masuk. Akan tetapi tidak bagi Elisa. Belum lama ia mengirimku SMS untuk meminjam sejumlah uang dengan nominal yang cukup besar. Alasannya untuk membayar kost.  Aku mencurigai alasannya dan kuminta untuk menemuiku di sekolah. Namun lagi-lagi ia tidak masuk. Tanpa kuduga ia juga mengirim SMS perihal yang sama kepada pak Hari, guru Geografi.  Namun ia justru menawarkan pekerjaan sampingan bagi Elisa, yaitu membantu peekrjaan rumah tangga untuik istrinya. Elisa menyanggupinya. Ia hanya datang sore hari  dan selama dua kali seminggu untuk membantu menyetrika dan bersih-bersih di rumah pak Hari.  Alasannya  berbeda dengan yang kuperoleh. Elisa butuh uang untuk mengirimkan sepeda Mio yang dibelikan oleh ayah tirinya. Jelas alasan ini begitu dibuat-buat. Pak Hari memberinya sejumlah uang setiap ia datang ke rumahnya. Bukan hanya satu dua guru tapi sepertinya lebih.  ...

Gadis Berambut Punk (9)

Oleh: Hanifatul Hijriyati  Angga bukanlah berasal dari kalangan keluarga biasa-biasa.  Sebagai anak tunggal dari kedua orang tua yang kaya membuat Angga menjadi anak yang suka menyepelekan. Barang yang ia pakai semua  bermerk hingga laptop yang sering ia bawa ke sekolah. Begitu juga sepeda motor miliknya yang seharga sekitar lima puluh juta.  Secara akademis Elisa bisa jauh lebih baik di atas Angga. Kemudahan-kemudahan hidup yang dimiliki Angga sering membuat tingkah anak ini tidak menghormati guru bahkan cenderung menyepelekan. Ayahnya seorang pebisnis yang memiliki kekayaan banyak berupa tanah hingga rumah.  Pamannya seorang lurah desa sebelah. Setahun sebelumnya Angga dikeluarkan dari keanggotaan keamanan siswa sekolah karena melanggar tata tertib dan disiplin. Namun terlepas sikap dan perilakunya,  Angga adalah anak orang kaya yang dimanjakan oleh harta. Kondisi semacam ini tentu adalah keuntungan bagi Elisa.  “Saya tahu lah Bu. Tapi mas Angga yang...

Gadis Berambut Punk (8)

Oleh: Hanifatul Hijriyati “Sebetulnya dulu saya rutin bu nengok adik saya. Tapi sekarang saya sudah tidak diijinkan sama pak Samekto,” paparnya seraya menunjukkan wajah kecewanya. “Kenapa?” “Yah, biasa Bu, namanya juga merasa orang kaya. Kalau lihat ada orang miskin mau ke rumahnya sekedar nengok sodaranya udah merasa risih. Saya malah diusir, dicaci-caci,” jelasnya lagi. “Dicaci gimana maksudnya? Lha kamu ke sana sendiri apa sama ibu atau bapakmu?” “Ya sendiri Bu. Saya kan suka kangen juga sama adik saya. Tapi memang dia kasih syarat sama saya jika jenguk adik saya, saya nggak boleh ngaku sebagai kakaknya. Itu sudah saya turuti. Eh tapi malah balasannya kayak gitu,” ingsutnya. Aku tidak memiliki informasi banyak mengenai pak Samekto. Aku hanya tahu bahwa ia adalah sosok yang cukup dikenal. Sebagai anggota DPR partai penguasa daerah tentu bukan hal aneh jika dikenal begitu luas. Selebihnya mengenai informasi lain hanya kudengar dari berbagai cerita rekan kerja. Aku tidak mendapat infor...

Gadis Berambut Punk (7)

Oleh: Hanifatul Hijriyati Pada detik itu aku masih meyakini bahwa satu-satunya yang mengubah jalan hidup seseorang adalah institusi pendidikan. Kemiskinan, keterbelakangan pengetahuan, hingga cacatnya moral , pendidikan formallah penyembuhnya. Namun ternyata ada sebuah mata rantai penting yang aku luput melihatnya dari Elisa. Semester kedua mulai berjalan di awal Januari. Seluruh Siswa masuk kembali setelah liburan semester pertama berakhir.  Elisa tidak masuk pada hari pertama hingga hari berikutnya. Aku menghubungi nomor telepon simbahnya. Aku mendapat jawaban bahwa ia pergi ke Jakarta menemui ibunya. Ketika aku meminta nomor telepon ibunya tak ada yang tahu.  Mungkinkah Elisa kembali ke sini atau bahkan ia akan tetap di Jakarta? Simbahnya menuturkan bahwa ia tidak pernah mengijinkannya menemui ibunya akan tetapi ia bersikeras untuk tetap ke Jakarta. Aku mencoba menunggu sampai hari berikutnya. Besoknya Elisa masuk sekolah. Seperti biasa, penampilannya segar dengan rambu...

Gadis Berambut Punk (6)

Oleh: Hanifatul Hijriyati Beberapa hari kemudian Elisa menemuiku lagi. “Bu saya sudah putus” Sedikit terkejut aku menoleh padanya. Hubungan yang begitu singkat bagiku bukanlah hal yang begitu luar biasa kutemukan pada remaja. Tapi bagiku ini lucu saja. Aku tak pernah berpikir bahwa Elisa adalah gadis yang begitu mudah menyerahkan hatinya. Melihat latar belakang kehidupannya yang keras, bagaimana ia merespon perilaku dengan lawan jenis baik muda hingga yang lebih tua darinya membuatku berkesimpulan bahwa Elisa bukanlah gadis yang begitu saja mudah menyandarkan segalanya berdasarkan perasaan saja. Kalaupun benar ia menjalin hubungan dengan anak laki-laki bukan berarti tanpa motif ataupun tujuan. Ia bukan gadis polos yang menganggap ketulusan cinta adalah alasan masuk akal untuk berurusan dengan laki-laki.  “Bagus kalau begitu. Terus kamu sudah insaf belum?” tanyaku. “Belum bu hehe. Tapi saya sudah rajin sholat lho bu sekarang.” Aku tersenyum dan memberinya pujian.  “Dulu saya it...

Gadis Berambut Punk (5)

Oleh: Hanifatul Hijriyati “Lalu kamu bilang apa?,” tanyaku dengan tatapan yang tajam. Kali ini aku tidak bisa menyembunyikan amarahku. “Ya saya bilang nggak mau lah Bu,” ucapnya seraya meninggikan bahunya. Meskipun aku belum begitu yakin akan jawabannya, aku berusaha menunjukkan jika aku percaya padanya. “Mulai sekarang kamu tidak boleh ke Jakarta lagi”, perintahku. Masih ada keraguan yang kutangkap dari matanya. Namun aku juga tidak melihat penolakan. “Kamu masih mau sekolah di sini kan?,” tanyaku lagi. Ia mengangguk. “Apakah kamu tahu jika ajakan bapak tirimu itu sudah masuk kategori pelecehan seksual? Dan yang saya tangkap jika bapak tirimu ini adalah laki-laki yang  berbahaya. Untuk gadis macam kamu sesungguhnya pun cukup berani untuk menampar mulut bapakmu itu,” ujarku geram. Aku ingin sekali memancing kemarahannya. Aku ingin melihat gadis itu marah karena dilecehkan, sama halnya aku ingin melihat ia menangis keras karena perilaku tidak adil. “Saya sih udah biasa bu. Lagian sa...

Gadis Berambut Punk (4)

Oleh: Hanifatul Hijriyati Aku langsung menekan nomor yang muncul di layar teleponku. Aku ingin segara memastikan jika itu benar-benar dari Elisa.  “Halo, Bu guru!” Benar saja. Itu suara Elisa. “Kamu ada di mana sekarang? Masih di jakarta?” “Enggak Bu. Saya sudah pulang” Nada bicaranya datar. Aku tak menangkap kecemasan. Jadi kupikir ia masih bisa diajak bicara dengan tenang.  “Kamu cerita ada apa? Ibu kamu bilang apa?” “Nggak bilang apa-apa Bu. Saya sudah benci sama mereka semua” “Jika kamu bunuh diri apa menyelesaikan masalah? Cerita saja sama saya dan jika kamu mau nangis, nangis saja,” bujukku. Ia masih terdiam. Aku tidak mendengar isak tangis atau kesedihan. Setahuku ketika seseorang mengungkapkan ingin bunuh diri pada orang lain sesungguhnya ia ingin didengar dan tidak benar-benar ingin bunuh diri.  Dorongan bunuh diri yang kuat justru muncul secara diam-diam, tak terduga dan tanpa pemberitahuan. Jadi aku masih yakin bahwa sesungguhnya Elisa tidak benar-benar ingin b...

Gadis Berambut Punk (3)

Oleh: Hanifatul Hijriyati “Dari mana kamu tahu ibumu jadi istri ketiga atau keempat?” “Ya tahulah Bu. Saya kan juga nggak bego-bego amat. Bapak tiri saya itu sudah punya keluarga resmi, anaknya juga sudah gede-gede. Saya tahu semuanya, berapa istri simpanannya dan di mana saja,” jelasnya tanpa letupan emosi. Aku menarik nafas panjang. Bayanganku meraba kehidupan seperti apa yang ia jalani di Jakarta. Gadis belia seumurannya sudah harus menghadapi situasi yang seharusnya hanya diketahui orang dewasa. Tentu ini lebih menyakitkan daripada harus mengetahui perceraian kedua orang tuanya.  Binar matanya masih menyisakan kekuatan untuk melawan, tapi yang kulihat tanda-tanda perlawanan itu mulai meredup. Nada bicaranya yang tenang, santai seolah ia tidak tersentuh dengan emosi perlawanan dalam dirinya justru membuatku sedikit takut. “Memang di mana saja Sa?,” tanyaku. Ia tertawa kecut. “Istri sahnya itu di Depok bu, lalu dia punya simpenan juga di daerah Kramat Jati, Jatinegara sampai Beka...

Gadis Berambut Punk (2)

Oleh: Hanifatul Hijriyati "Berapa lama kamu jadi anak jalanan?" "Ya selama saya di Jakarta Bu. Dari kelas 4 SD sampai SMP" "Lha orang tuamu di mana?" "Orang tua saya nggak masalah kok Bu" Jawabannya masih menyisakan tanda tanya bagiku. Namun karena jam pelajaran usai kutunda dulu beberapa pertanyaan yang masih menggantung di kepalaku. Biar kulihat perkembangannya beberapa hari ke depan. Beberapa minggu ke depannya aku mulai mengumpulkan data pribadi siswa kelas X. Kukumpulkan beberapa informasi pribadi siswa. Dari dengan siapa mereka tinggal, apakah dengan orang tua, nenek atau kakek hingga anggota keluarga yang lain.  Kondisi orang tua yang apakah lengkap, atau tidak ada juntrungannya hingga orang tua yang menjadi TKI sampai puluhan tahun tidak pulang. Bahkan kondisi orang tua bercerai. Keadaan seperti ini untuk menilai potensi masalah ke depan.  Mungkin bagi beberapa guru yang mengajar di sekolah perkotaan tidak begitu mengalami banyak permasal...

Gadis Berambut Punk (1)

Oleh: Hanifatul Hijriyati  Gadis itu berlari kecil dengan seragam putih abu-abunya yang terlihat masih bersih. Rambutnya yang sebahu diikat ke atas. Aku berpapasan dengannya sebentar, lalu ia berlalu. Setelah tiga hari melalui masa MOS, siswa kelas X mulai memasuki proses pembelajaran.  Kulangkahkan kakiku menuju kelas XD. Ruang kelas telah penuh berisi siswa baru yang belum lama lulus dari SMP. Wajah-wajah remaja awal memenuhi ruang kelas. Berbagai seragam masa SMP masih mereka pakai. Kulihat gadis yang kutemui di depan sekolah itu duduk di kursi paling depan meja guru.  Ia sudah memakai seragam putih abu-abu. Aku memperkenalkan diri sebagai wali kelas mereka selama satu tahun. Gadis itu kulihat tersenyum lebar. Entah kenapa sejak melihatnya pertama kali aku melihat binar mata yang cemerlang darinya. Kuminta satu persatu mereka memperkenalkan diri dengan bahasa Inggris.  Ia mengacungkan tangan pertama kali, tanda ia ingin memperkenalkan diri lebih dulu. Penuh percay...

Takaran Tepat Jumlah Buah yang Dikonsumsi Harian

CNN Indonesia Senin, 01/07/2019 Jakarta, CNN Indonesia  -- Dunia merayakan Hari  Buah  Internasional pada Senin (1/7). Hari yang telah diperingati sejak 2007 lalu ini dijadikan momen untuk mengingatkan masyarakat akan pentingnya  hidup sehat. Konsumsi buah menjadi hal penting untuk kesehatan. Buah punya beragam manfaat untuk tubuh dan ampuh untuk menekan risiko sederet penyakit. Kondisi tubuh ditentukan oleh jumlah buah yang dikonsumsi sehari-hari. Pasalnya, beberapa buah diketahui memiliki kandungan gula yang tinggi dan berisiko mengembangkan penyakit kronis seperti diabetes. Buah hadir dengan kandungan nutrisi yang berbeda. Beberapa di antaranya kandungan vitamin, mineral, dan serat yang sangat tinggi. Setiap buah memiliki manfaatnya masing-masing bagi kesehatan tubuh. Melansir  Healthline , konsumsi buah dalam jumlah banyak setiap hari juga tak berakibat fatal pada kesehatan. Sebuah studi di AS menemukan, sangat jarang orang bisa memakan buah dalam jum...

Jualan online, tanpa modal alias 0 Rupiah.

Thread oleh: Panca si Jagoan  Pake sistem dropship aja. Sepertijanji gua beberapa waktu lalu, mau bikin ulang thread yang ada di Pinned gua. Mungkin kurang jelas, atau mungkin gua aja masih ngga ngerti bikin thread waktu itu. (Ini omset 2018 2minggu 200jt ) https://t.co/XyLDKeZvxy Sebenernya gua udahan jualan online, sekarang sibuk ngerjain yang lain alias males ngurusin duit receh Dulu belom setahun kayanya gua mulai jualan, dan ini omset pecah 100jt sebulan. Jangan tanya ko sisanya dikit? Ya diputerin terus soalnya. Dan boros https://t.co/vviQ5Ze329 Kayanya udah mulai banyak yang nyimak, nah kalian mau bahas yang mana dulu? Penjelasan dropship dan cara transaksinya? Atau cara mencari supplier? Dua duanya udah gua jelasin si. Gua bikin polling deh. Setengah 15 menit. Gua lanjut setelah polling ya. Oke lanjut bahas dropship dulu. Pake gambar dari google aja. Sebenernya jualan online tuh ngga butuh butuh banget tau semuanya dari awal, enaknya jalanin aja. Kalo udah n...

Minum Air Lemon Hangat Tiap Pagi Bikin Perut Bebas Buncit

Air lemon kini juga dipercaya bisa mengatasi lemak 'bandel' di perut. Namun, ada cara agar air lemon benar-benar bisa efektif atasi perut buncit.  Tak hanya dapat mempengaruhi rasa percaya diri,  perut buncit  juga bisa membahayakan kesehatan sebab  lemak perut  identik dengan lemak visceral. Lemak visceral merupakan lemak yang 'tumbuh' menutupi organ-organ penting di dalam tubuh. Bila dibiarkan, lemak perut ini dapat memicu sejumlah penyakit, mulai dari gangguan tidur, penyakit jantung, diabetes, depresi, hingga disfungsi seksual. Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi lemak perut. Melansir dari  Boldsky , salah satu cara yang paling mudah ialah dengan meminum air lemon. Buah lemon yang kaya antioksidan dapat memperbaiki metabolisme yang akhirnya bisa mengurangi jumlah lemak perut. Vitamin C pada lemon dinilai mampu membantu meningkatkan sistem pencernaan, sehingga laju metabolisme tubuh dan pembakaran lemak akan lebih cepat. Kandungan lai...

Bahasa Jawa Lebih Simpel

H umor Inggris : wait for minutes Indo     : Tunggu sebentar Jawa   : SiK Inggris : like to following someone Indo      : suka mengikuti seseorang Jawa    : Ngintilan Inggris : I don't want it Indo      : aku tidak mau itu Jawa    : moh Inggris : Flying so fast Indo     : Terbang sangat cepat Jawa   : weerÅ•r Inggris : What happened? Indo     : Apa yang terjadi? Jawa   : ono opo ? Inggris : I dont have money Indo     : Aku tidak punya uang Jawa   : Kere Inggris : i don't care Indo     : aku tidak peduli Jawa   : Prett 

EYD

Tanpa disadari, kita kadang salah dalam berbahasa Indonesia. Coba simak beberapa kata sederhana yang sering kita tulis/ucapkan secara salah: 1. Antri (salah), Antre (benar) 2. Apotik (salah), Apotek (benar) 3. Praktek (salah), Praktik (benar) 4. Resiko (salah), Risiko (benar) 6. Suami (salah),  Istri (selalu benar)

Apa Pendidikan Karakter itu?

Oleh: Akhmad Sudrajat Pengertian karakter  menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah “bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak”. Adapun berkarakter adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak”. Menurut Tadkiroatun Musfiroh (UNY, 2008), karakter mengacu kepada serangkaian sikap ( attitudes ), perilaku ( behaviors) , motivasi ( motivations ), dan keterampilan ( skills) . Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “ to mark ” atau menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku, sehingga orang yang tidak jujur, kejam, rakus dan perilaku jelek lainnya dikatakan orang berkarakter jelek. Sebaliknya, orang yang perilakunya sesuai dengan kaidah moral disebut dengan berkarakter mulia. Karakter mulia berarti individu memiliki pengetahuan tentang potensi dirinya, yang ditandai dengan nilai-nilai seperti  reflektif, percaya diri, rasional,...

Cikal Bakal Radikalisme di Indonesia

Oleh: Ali Ahmadi Oke deh saya tulliskan ulang status saya sebelumnya dalam bentuk TEKS biar tidak terlalu heboh dan lebih runut logikanya. Ada "ulama", ustadz, kiai yang gemar menganjurkan pembunuhan atas nama agama. Modus tuduhannya macam-macam. sesat, sekuler, menodai Islam, menghina Quran, dsb. Jangan anggap ini cuma isu. Benar-benar ada. Kalau Anda menyimak berita lalu lalang di sana-sini, ceramah, pengajian, tabligh akbar, dsb. Kata-kata "halal darahnya" saya pikir bukan sesuatu yang asing untuk diterapkan bagi "musuh-musuh Islam". Dan ini sudah berlangsung lamaaaaaaaa banget. Sejak tahun 80an, saya dengar  nama Jalaluddin Rakhmat, Nurkholis Madjid,  pernah dihalalkan darahnya. Tentunya tidak heran dengan golongan-golongan "sesat" yang lainnya semacam Ahmadiyah, Syiah, dsb. (#catatan: Kang Jalal waktu itu setau saya belum Syiah, baru "simpatisan Syiah".) Keluarnya Uni Sovyet dari Afghanistan ternyata membuahkan "anak haram...

7 Tips Menulis untuk Menghasilkan Karya Bermutu

Oleh Sitta Karina Saat menulis menjadi hobi, bahkan tak dapat dipisahkan dari pekerjaan sehari-hari, sering kali karya yang kita susun tak hanya terbatas pada satu macam saja. Seorang penulis setidaknya akan mengeksplorasi beberapa jenis tulisan, mulai dari artikel di blog sampai cerita fiksi, sebelum menetapkan mana yang menjadi tulisan favoritnya. Sebut saja artikel blog maupun cerpen yang terasa lebih akrab dibaca ketika menggunakan bahasa sehari-hari. Namun, ini tak berarti proses kreatif bisa dilaksanakan dengan asal-asalan. Untuk mendapatkan karya bermutu, penulis tetap mesti bekerja keras memadu imajinasi dan keterampilannya. Tentunya, yang disebut karya bermutu ini tidak hanya berupa karya sastra atau tulisan-tulisan serius saja. Coretan ringan gaya hidup yang bisa dinikmati sambil ngopi pun juga termasuk. Untuk mewujudkan hasil akhir demikian, saya selalu mencoba berbagai tips menulis dan pendekatan berkreasi. Proses belajar ini pun berkembang dari waktu ke waktu, men...

Kenali dan Waspadai Tanda-Tanda Depresi

From: NusaBali.com (15 Oct 2019) Tangga l0 Oktober diperingati sebagai Hari Kesehatan Jiwa Sedunia. Ironi masih terjadi. Masalah perilaku bunuh diri akibat depresi terus meningkat.  Hasil survei yang dilakukan oleh Sistem Registrasi Sampel (SRS) tahun 2016 mengatakan di Indonesia prevalensi bunuh diri mencapai 1.800 orang per tahun. Ini artinya terjadi 5 kematian setiap harinya akibat bunuh diri. Menurut Factsheet WHO tahun 2018, masalah bunuh diri merupakan penyebab kematian nomor 2 terbanyak pada kelompok usia 15 sampai 29 tahun. Karena itu, menjaga kesehatan jiwa menjadi hal yang penting terlebih pada generasi milenial.  Dr Agung Frijanto SpKJ, sekretaris PP PDSKJI (Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia), mengingatkan untuk menjaga kesehatan jiwa dan mental agar terhindar dari depresi. Sebab, jika depresi tidak tertangani dengan baik dapat berujung pada intensi bunuh diri.  “Kita harus manage stres, kalau ada beban ya curhat, dan terkait spiritualitas...